clickblue

Popup kumpul bloger

adzseven

Propellerads

Make Money

Selasa, 07 Februari 2017

Kepulauan Raja Ampat


            Raja Ampat memiliki sumber daya alam nonhayati yang terdiri atas 610 pulau, empat diantaranya merupakan pulau besar. Hanya 12,89% pulau yang berpenghuni, sedangkan pulau lainnya tidak berpenghuni, dan sebagian besar belum memiliki nama. Terdiri atas gugusan pulau berbagai bentuk, wilayah perbukitan, pantai dengan pasir putih, dan hutan, serta goa di dalam laut. Dari seluruh pulau dengan luas wilayah sekitar 46.000 km2, 12,9% berupa daratan dan sisanya lautan.
            Raja Ampat kaya akan sumber daya alam hayati bawah laut, terdiri dari terumbu karang dan biota laut, yang terlengkap di dunia, dari sekitar 800 jenis terumbu karang keras yang ada di dunia, 75,2%-nya dimiliki oleh perairan Raja Ampat. Terdapat pula 695 jenis hewan lunak, yang terdiri atas 74,7% jenis siput, 24,3% kerang, dan sisanya cumi-cumi. Jenis ikan di daerah ini diperkirakan mencapai 1.346, terdiri atas 828 jenis ikan karang dan ikan campuran. Kekayaan ini menjadikan kepulauan Raja Ampat sebagai kawasan pulau-pulau kecil dengan keanekaragaman hayati laut yang luar biasa jumlahnya. Karena itu perairan Raja Ampat disebut sebagai       “Ibukota ikan di dunia“.
            Dalam perjalanan sejarah, wilayah Raja Ampat telah lama dihuni oleh masyarakat bangsawan dan menerapkan sistem adat Maluku. Dalam sistem ini, masyarakat sekumpulan manusia. Tiap desa dipimpin oleh seorang raja. Semenjak berdirinya lima kesultanan muslim di Maluku, Raja Ampat menjadi bagian klaim dari Kesultanan Tidore Setelah Kesultanan Tidore takluk dari Belanda, Kepulauan Raja Ampat menjadi bagian klaim Hindia Belanda.
           
Masyarakat Kepulauan Raja Ampat umumnya nelayan tradisional yang berdiam di kampung-kampung kecil yang letaknya berjauhan dan berbeda pulau. Mereka adalah masyarakat yang ramah menerima tamu dari luar, apalagi kalau kita membawa oleh-oleh buat mereka berupa pinang ataupun permen. Barang ini menjadi semacam 'pipa perdamaian indian' di Raja Ampat. Acara mengobrol dengan makan pinang disebut juga "Para-para Pinang" seringkali bergiliran satu sama lain saling melempar mob, istilah setempat untuk cerita-cerita lucu.
Mereka adalah pemeluk Islam dan Kristen dan seringkali di dalam satu keluarga atau marga terdapat anggota yang memeluk salah satu dari dua agama tersebut. Hal ini menjadikan masyarakat Raja Ampat tetap rukun walaupun berbeda keyakinan.
            Di kawasan gugusan Misool ditemukan peninggalan prasejarah berupa cap tangan yang diterakan pada dinding batu karang. Uniknya, cap-cap tangan ini berada sangat dekat dengan permukaan laut dan tidak berada di dalam gua. Menurut perkiraan, usia cap-cap tangan ini sekitar 50.000 tahun dan menjadi bagian dari rangkaian petunjuk jalur penyebaran manusia dari kawasan barat Nusantara menuju Papua dan Melanesia.
Sisa pesawat karam peninggalan Perang Dunia II bisa dijumpai di beberapa tempat penyelaman, seperti di Pulau Wai.

            Kekayaan keanekaragaman hayati di Raja Ampat telah membuat dirinya memiliki tingkat ancaman yang tinggi pula. Hal itu bisa dilihat dari kerusakan terumbu karang dan hutan. Kerusakan terumbu karang umumnya adalah karena aktivitas penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan seperti bom  dan akar bore (cairan dari olahan akar sejenis pohon untuk meracun ikan). 
Ringkasan Sumber https://id.wikipedia.org/wiki/Kepulauan_Raja_Ampat