Raja Ampat memiliki sumber daya alam nonhayati yang
terdiri atas 610 pulau, empat diantaranya merupakan pulau besar. Hanya 12,89%
pulau yang berpenghuni, sedangkan pulau lainnya tidak berpenghuni, dan sebagian
besar belum memiliki nama. Terdiri atas gugusan pulau berbagai bentuk, wilayah
perbukitan, pantai dengan pasir putih, dan hutan, serta goa di dalam laut. Dari
seluruh pulau dengan luas wilayah sekitar 46.000 km2, 12,9% berupa
daratan dan sisanya lautan.
Raja Ampat kaya akan sumber daya alam hayati bawah laut,
terdiri dari terumbu karang dan biota laut, yang terlengkap di dunia, dari
sekitar 800 jenis terumbu karang keras yang ada di dunia, 75,2%-nya dimiliki
oleh perairan Raja Ampat. Terdapat pula 695 jenis hewan lunak, yang terdiri
atas 74,7% jenis siput, 24,3% kerang, dan sisanya cumi-cumi. Jenis ikan di
daerah ini diperkirakan mencapai 1.346, terdiri atas 828 jenis ikan karang dan
ikan campuran. Kekayaan ini menjadikan kepulauan Raja Ampat sebagai kawasan
pulau-pulau kecil dengan keanekaragaman hayati laut yang luar biasa jumlahnya.
Karena itu perairan Raja Ampat disebut sebagai “Ibukota ikan di dunia“.
Dalam
perjalanan sejarah, wilayah Raja Ampat telah lama dihuni oleh masyarakat
bangsawan dan menerapkan sistem adat Maluku. Dalam sistem ini, masyarakat sekumpulan manusia. Tiap
desa dipimpin oleh seorang raja. Semenjak berdirinya lima kesultanan muslim di Maluku, Raja Ampat menjadi bagian klaim dari Kesultanan Tidore Setelah Kesultanan Tidore takluk dari Belanda, Kepulauan
Raja Ampat menjadi bagian klaim Hindia
Belanda.
Masyarakat Kepulauan Raja Ampat umumnya nelayan
tradisional yang berdiam di kampung-kampung kecil yang letaknya berjauhan dan
berbeda pulau. Mereka adalah masyarakat yang ramah menerima tamu dari luar, apalagi
kalau kita membawa oleh-oleh buat mereka berupa pinang ataupun permen. Barang ini menjadi semacam 'pipa perdamaian indian' di
Raja Ampat. Acara mengobrol dengan makan pinang disebut juga "Para-para
Pinang" seringkali bergiliran satu sama lain saling melempar mob, istilah
setempat untuk cerita-cerita lucu.
Mereka adalah pemeluk Islam dan Kristen dan seringkali di
dalam satu keluarga atau marga terdapat anggota yang memeluk salah satu dari dua agama
tersebut. Hal ini menjadikan masyarakat Raja Ampat tetap rukun walaupun berbeda
keyakinan.
Di
kawasan gugusan Misool ditemukan peninggalan prasejarah berupa cap tangan yang
diterakan pada dinding batu karang. Uniknya, cap-cap tangan ini berada sangat
dekat dengan permukaan laut dan tidak berada di dalam gua. Menurut perkiraan,
usia cap-cap tangan ini sekitar 50.000 tahun dan menjadi bagian dari rangkaian
petunjuk jalur penyebaran manusia dari kawasan barat Nusantara menuju Papua dan Melanesia.
Sisa pesawat karam peninggalan Perang Dunia II bisa
dijumpai di beberapa tempat penyelaman, seperti di Pulau Wai.
Kekayaan
keanekaragaman hayati di Raja Ampat telah membuat dirinya memiliki tingkat
ancaman yang tinggi pula. Hal itu bisa dilihat dari kerusakan terumbu karang
dan hutan. Kerusakan terumbu karang umumnya adalah karena aktivitas penangkapan
ikan yang tidak ramah lingkungan seperti bom dan
akar bore (cairan dari olahan akar sejenis pohon untuk meracun ikan).
Ringkasan Sumber https://id.wikipedia.org/wiki/Kepulauan_Raja_Ampat