Hari
ini adalah hari yang penting bagi seorang anak , Hilda Miftah Syahidah
begitulah namanya , panggil saja Himi. kenapa ini hari penting bagi Himi ?
karna hari ini tanggal 21 november , hari ulang tahunnya, setiap ulang tahunnya
pasti selalu dirayakan , walaupun umurnya sudah 8 tahun, pasti akan tetap
dirayakan, mungkin karna Himi anak tunggal jadi ia dimanjakan.
Pagi
ini Himi melompat lompat di atas kasur birunya, senang, itulah perasaan Himi
pagi ini, Himi bergegas mandi dan mengenakan dress putih berlengan pendek dan jaket biru muda lalu flat shoes biru yang mempermanis
penampilannya, minggu pagi ini Himi mempunyai jadwal marching
band, dia memiliki peran sebagai pemain pianika, Himi bergegas turun dari
kamarnya setelah memakai kacamata minus miliknya dan mengenakan tas selempang
bergambar teddy bear, Himi pergi
menuju ruang makan, disana sudah ada mama dan papanya, Himi duduk disebelah
mama “ma, hari ini ada acara penting
nggak ya.?“
Tanya Himi, berusaha mengingatkan mamanya “nggak ada sayang memang kenapa ?“ mama Himi balik bertanya, “em…. nggak ada apa apa kok ma“ Himi agak kecewa mama tidak ingat ulang
tahunnya, padahal jika Himi lupa ulang tahunnya sendiri, mama yang mengingatkan,
sebenarnya ada apa ya? mama dan papa hanya tersenyum misterius “aku berangkat ma, pa“ teriak Himi dari pintu pagar, Himi berangkat
dengan sepeda biru miliknya, dalam hati Himi terus bertanya Tanya, ada apa ya?
Mengapa mama lupa hari ulang tahunku.
Kemudian
dikelas, Himi terus memikirkan kejadian yang terjadi di ruang makan,
sehingga Himi tidak fokus padahal
biasanya ia adalah anak yang paling semangat kalau belajar nada–nada lagu “Himi, ada apa ?“ Tanya Rita, “eh, em … nggak ada apa-apa kok“ jawab Himi “bener…nggak ada apa-apa, kalau sakit minta izin aja sama kak Farah“ saran Rita “bener
nggak ada apa-apa” jawab Himi, akhirnya Himi memutuskan mengambil kotak
buku diary miliknya dan mengambil
kunci kotak diary miliknya, setelah kotaknya terbuka, Himi mengambil pena dan
mulai menulis.
Dear diary
21 desember
|
Hari ini adalh hari yang sangat penting tapi mereka
yang kusayangi
|
|
Tidak mengingat hari ini, ah harusnya aku bisa
mengambil positif
|
|
Dari kejadian yang kualami, aku harus bisa menerima
semua cobaan
|
|
Ini, aku harus percaya dibalik kesedihan ada
kebahagiaan
|
|
|
|
~ Himi ~
|
Tulisan
demi tulisan Himi bubuhkan pada buku diary
miliknya, setelah menulis Himi merasa sedikit lebih lega, tanpa terasa waktu
berjalan bel pulang berbunyi, Himi segera memasukkan buku-bukunya ke dalam tas dan
beranjak pulang setelah pamit dengan kak Farah, Himi tidak langsung pulang
setelah bel berbunyi melainkan pergi ke halaman belakang sekolah, kemarin ada
brosur yang menyatakan akan ada bazaar buku di halaman belakang sekolah, Himi
memang hobi baca buku, karna baginya buku adalah sumber ilmu, di bazaar buku
jenis bukunya macam-macam mulai dari karangan fiksi, cerpen, majalah anak,
cergam, novel, pelajaran dan banyak lagi, saat sampai di salah satu toko, Himi
tertarik pada sebuah buku, Himi membenarkan posisi kacamatanya agar tidak salah
baca, ternyata benar buku novel itu
berjudul `indahnya hari bersama ibu ‘ Himi
tersenyum lebar melihat buku itu, Himi mengambil buku novel itu dan mengambil
beberapa buku pelajaran, lalu membayarnya
kepada seorang kakak cantik yang memakai name tag bertuliskan Amira, setelah membayar buku buku yang ia
beli, Himi memasukkannya ke dalam tasnya lalu bergegas menyambar sepedanya,
lalu mengayuh sepedanya menuju rumahnya yang berjarak tidak jauh dari sekolah.
Sesampainya di rumah Himi masuk ke rumah
sambil mengucap salam “assalammualaikum ma… pa…“ Himi duduk di sofa ruang tamu sambil mengeluarkan
buku novel yang tadi ia beli, Himi memandangi
buku itu lamat-lamat, membolak balik buku itu lalu beranjak masuk ke kamarnya
yang ada di lantai dua, setelah menaruh tas, Himi mengganti bajunya dengan blus
biru pastel dengan pita biru di bagian belakangnya dan celana biru muda, Himi duduk di meja
belajarnya, walaupun buku itu tadi menarik perhatiannya, Himi tidak membacanya
dan malah menyimpannya di rak buku, dia
sedang tidak ingin membaca, Himi duduk di pinggir kasurnya, tiba-tiba Himi
teringat sesuatu, dimana mama dan papa ?, Himi bergegas turun dan bertanya pada
mbak Dian, asisten rumahnya, “mbak, mama
sama papa dimana ya ?“ Tanya Himi “oh, tadi pergi Himi, nggak tau kemana“ jawab mbak Dian sambil mengangkat
pundaknnya, Himi manggut-manggut, hari ini banyak yang aneh, kalau dipikirin
nanti malah pusing tapi kalau tidak dipikirin malah bingung, “ Himi
nggak makan dulu, nanti sakit kalau nggak makan“ mbak Dian menyuruh Himi makan, kalau nggak
makan nanti sakit , mendengar saran mbak Dian, Himi hanya tersenyum sambil
mengangguk lalu beranjak pergi ke ruang makan .
Selesai
makan Himi pergi ke ruang keluarga, menonton televisi, hari ini ada kartun
kesukaannya Tom & Jerry, jam menunjukkan pukul sepuluh, Himi mematikan
televisi lalu beranjak ke kamarnya, belajar itulah yang akan Himi lakukan atau
mungkin hanya akan membaca buku-buku koleksinya, saat sampai di kamar tiba-tiba
ada klakson berbunyi, Himi mengira itu mama dan papanya, Himi bergegas turun
dari lantai dua, lalu melihat seorang gadis berambut panjang masuk ke dalam
rumahnya, itu adalah Desi sepupu Himi “assalammualaikum“ salam Desi langsung disambut oleh Himi “waalaikumsalam“ jawab Himi sambil menuruni tangga dan berpelukan
dengan Desi untuk melepas rindu, jelas rindulah, Desi berkunjung ke rumah Himi
hanya sebulan sekali, karna harus belajar setiap hari, ( ya kan siap-siap untuk
ulangan harian , yang setiap minggu ada ) tapi enak soalnya kalau berkunjung,
Desi bakalan menginap di rumah Himi, “kak
Himi gimana ulangannya bagus nggak nilainya, atau kecil-kecil semua“ Desi tertawa, mereka sudah lama tidak bisa
tertawa selepas ini “ya nggak dong kak
Himi kan lebih pinter dari kamu Desi atau jangan jangan kamu yang nilainya jelek“
Himi menjawab seraya menggoda Desi,
mereka tertawa bersama, tawa yang penuh kebahagiaan.
Suara
tawa terdengar memenuhi ruangan, itu adalah tawa Himi dan Desi, mereka sekarang
sedang bermain menggambar orang yang sedang bergaya lucu, Himi menggambar anak
kecil yang sedang menangis karna balonnya terbang tinggi, Desi menggambar anak
kecil tertawa karna es krimnya jatuh ke wajahnya, “eh ngomong ngomong gambar kak Himi mirip kayak kak Himi waktu kecil“ tawa Desi pecah saat melihat wajah Himi
memerah, dulu memang pernah saat jalan jalan Himi beli balon eh balonnya lepas,
Himi nangis, so fun “eh Desi
ikut aku yuk, ke taman belakang rumah“ Desi
mengangguk tanda setuju, setelah membereskan
peralatan menggambar mereka turun ke lantai satu dan berlari ke belakang
rumah “kita mau ngapain di sini kak Himi?“ Tanya Desi sambil menggaruk kepalanya yang
tidak gatal “aku bosen Desi di kamar, gimana kalau kita main sama titu dan tuto, itu
loh sepasang kelinci imut imut“ jawab Himi sambil membuka kandang kelinci,
mengeluarkan dua kelinci lucu hadiah ulang tahunnya umur 6 tahun, yang satu
putih bersih yang satu ada totol hitam di badannya, pokoknya imut imut .
Kelinci itu mencari cari bau wortel yang
lezat, hidungnya mengendus endus gemas sekali kalau melihatnya, Himi dan Desi
sudah sibuk bermain dengan kelinci itu, karna wortelnya nggak ketemu ketemu,
akhirnya kelincinya lompat masuk ke dalam kandang “kak aku
capek, masuk yuk“ Desi mengeluh, Himi mengangguk dia juga capek, Himi dan
Desi berlomba lomba masuk ke dalam rumah hasilnya nggak ada yang menang nggak
ada yang kalah mereka jatuh bersama sama di atas sofa empuk, Himi beranjak
masuk ke dapur mengambil dua gelas milk shake strawberyy, hmm lezat, saat sampai di ruang keluarga, Himi hanya
bisa melongo melihat Desi sudah tidak ada di tempat duduknya, Himi menaruh milk
shake itu di atas meja, matanya menyapu sekeliling ruangan, tidak ada tanda
tanda ada Desi, “Desi, Desi… ih dimana anak itu“ Himi menggerutu karna tidak kunjung
menemukan Desi, saat Himi naik ke lantai dua dan mau membuka pintu kamarnya,
tiba tiba “Dorr !!“ Desi berhasil mengagetkan Himi “Ih.. kesini kamu dasar anak nakal !” alhasil mereka bermain kejar kejaran di kamar
itu .
Jam
menunjukkan pukul 4 sore, saatnya Himi memberi makan kelincinya, Himi membuka
kulkas mengambil wortel segar dan kangkung, setelah menutup kulkas Himi
beranjak keluar dari dapur lewat pintu belakang, tidak ada Desi, tidak ada
tawa, Desi tadi marah dan pergi ke kamar tamu setelah diceramahi Himi panjang
lebar apa lagi ceramahnya sambil marah marah, tentu saja Desi sebal dan pergi
mengurung diri di kamar tamu yang terdapat di lantai satu, saat Himi memberi
makan kelincinya, Himi terpeleset di tanah basah, bajunya kotor, badannya
kotor, kacamatanya kotor, untungnya sayuran yang akan di berikan kepada kelinci
tidak kotor, setelah memberi makan kelincinya Himi pergi ke kamar mandi lewat
pintu belakang, kalau lewat pintu depan nanti kotor dong, Himi mandi dan
mengenakan baju putih panjang selutut yang diberi motif bunga bunga biru, tiba
tiba mama dan papa Himi pulang, “assalammualaikum Himi“ mama mengucap salam sambil memanggil Himi “waalaikumsalam“ Sahut Himi “Himi
mana Desi, tadi tante Kirana bilang Desi
datang hari ini“ Tanya mama “ada ma,
tadi dia ngambek karna aku marahin, jadi dia masuk kamar tamu “ jawab Himi “kenapa kamu marahin ?“ Tanya mama sambil duduk di sofa yang berada
di samping Himi “habisnya sih dia mengagetkan aku, kalau aku jantungan gimana, bahaya
kan“ jawab Himi sambil memasang
wajah murung, dia sebenarnya agak merasa bersalah karna tadi melihat wajah Desi
yang hampir menangis , “ya nggak sampai
gitu kali“ jawab mama yang beranjak
naik ke lantai atas, Himi menonton film kartun upin & ipin sambil murung
tangannya menyangga wajahnya yang manyun, Himi melirik jam sekilas, jam 5, himi
naik ke kamar, merebahkan diri di kasur birunya, mengingat ingat kejadian yang
terjadi hari ini, kilasan kejadian di ruang makan tadi pagi mampir ke
pikirannya, Himi ingin bertanya kepada mama tapi tidak memiliki keberanian,
Himi duduk di meja belajar mengambil buku yang tadi ia beli di sekolah, membukanya
lalu perlahan membacanya, setelah membaca bab pertama, matanya berkaca kaca,
sebesar itukah kasih sayang ibu, bab pertama menceritakan tentang hari hari
seorang anak yang berada di panti asuhan, berubah drastis ketika ia di adopsi
oleh seorang ibu kaya raya yang tidak memiliki anak, hari harinya berubah dari
hari yang murung menjadi hari yang indah, sang ibu siap berkorban demi anak
yang diadopsinya, suatu hari sang anak sakit dan diagnosa dokter menyatakan
kalau sang anak menderita penyakit gagal jantung, sang ibu rela memberikan
jantungnya kepada anak itu dan memberikan sepucuk surat yang isinya benar benar
menyentuh, di dalam surat itu sang ibu mengatakan dari relung hatinya bahwa ia
memang benar benar menyayangi anaknya dengan tulus, apapun rela ia lakukan demi
anaknya, Himi menganggap bahwa itu adalah salah satu dari sekian banyak contoh
dari cinta ibu, Himi menyeka matanya yang basah lalu menutup dan menyimpan buku
novel yang baru saja ia baca, lalu Himi mengambil tas miliknya dan mengeluarkan
sebuah kotak yang berisi buku diary-nya setelah mengambil kunci dan membukanya,
Himi mulai menulis.
Dear
diary
21
desember
|
Hari ini aku banyak
belajar tentang kasih sayang seorang ibu, ternyata ibu
|
|
tidak hanya memberikan kasih
sayang tapi juga pengorbanan yang besar demi
|
|
anaknya , mungkin itu
hanya sedikit dari pelajaran yang bisa kuambil dari
|
|
buku yang kubaca , mungkin
saat aku selesai membaca buku itu aku bisa
|
|
mempelajari lebih banyak
tentang kasih sayang seorang ibu
|
|
~ Himi ~
|
Tulisan demi tulisan Himi hayati sambil
mengingat semua kesalahannya kepada mamanya, juga kepada … Desi !!, ya ampun,
Himi melirik jam, setengah enam, lama sekali Desi marah kepadanya, kan cuma
diceramahi kok marahnya lama banget, Himi
menutup buku bukunya, setengah berlari ke lantai satu, pintu coklat itu ada di
hadapan Himi, pintu tempat Desi mengurung diri, setelah mengumpulkan keberanian,
Himi memberanikan diri mengetuk pintu itu “Desi …
Desi , kamu masih marah ya“ tanpa
disangka Desi membuka pintu dan menjawab Himi “nggak kok , aku tadi ketiduran, baru aja bangun, habis mandi“ jawab Desi sambil nyengir, Himi hanya
geleng geleng kepala melihat kelakuan Desi, kirain kenapa, eh taunya tidur, “ya sudah , kakak minta maaf , kamunya jangan
ulangi lagi ya“ Himi mengulurkan
tangan mengajak berdamai, “iya, nggak apa apa, aku janji kok nggak
ulangi lagi, kan tadi aku lagi bosan, jadi cari hiburan“ Desi menyambut uluran tangan Himi dengan
disertai tawa, “ya tapi nggak usah ngerjain
orang“ Desi cuman nyengir dengar
kata kata Himi, “aku boleh masuk ya kita
main di dalam kamar tamu aja“ Himi
memberi usul yang menurutnya Desi pasti setuju “eh,
nggak usah kak Himi kita main di luar aja, di dalam berantakan“ Desi menghalangi Himi yang hendak masuk ke
dalam kamar tamu, “ya sudah deh kita main
di luar, tapi jangan di teras udah malam“ Himi percaya aja, sebenarnya agak curiga
sih, tapi kalau protes nanti Desi marah lagi, Desi berjalan mengikuti Himi yang
berjalan lebih dulu menuju ruang bermain,
“hmm… main apa ya ?“ Tanya Desi, “gimana kalau main congklak“ usul
Himi, “boleh deh“ jawab Desi sambil beranjak mengambil
congklak, congklak merah dengan bebatuan biru itu adalah mainan kesukaan Himi,
tluk .. tluk .. tluk .. bunyi congklak yang berpindah pindah tempat, bagai
irama lagu yang indah, “yeay .. aku
menang“ sorak Himi sambil mengangkat tangan tinggi tinggi, “ih..
kalah terus“ Desi merengut, jelas
kalah dong .. Himi kan paling jago main congklak, udah berkali kali menang, allahuakbar … allahuakbar …, azan
maghrib berkumandang, “shalat yuk, sudah
maghrib“ ajak Himi, Desi mengangguk, lantas mengambil mukenanya yang berada
di kamar tamu, setelah berwudhu Desi
pergi ke kamar Himi untuk shalat bersama
“sudah wudhu ?“ Tanya Himi, Desi mengangguk, mereka shalat bersama di kamar yang hening ini
.
Pukul 07.00 malam, Himi dan Desi sedang belajar Bahasa
Inggris, mereka berlatih percakapan Bahasa Inggris, kita lihat yuk “Hello, what is your name ?“ wah, Himi mengucapkan dialognya dengan
benar, sekarang giliran Desi “Hi, my nomi
is Himi“ Desi juga benar dalam
mengucapkan dialognya, tapi kok kayaknya ada yang salah, apa ya, Tanya Himi yuk
“salah, bukan gitu tapi ‘ My name is Desi
`” tukas Himi sambil menirukan
dialog Desi “cantik, makan malam dulu yuk“
mama tiba tiba masuk ke dalam kamar
Himi “ok“ jawab Himi dan Desi
bersamaan, Himi mama dan Desi bersamam sama menuruni tangga menuju ke ruang
makan, tangga kayu jati itu berderap derap saat mereka melangkah menuruni
tangga, di ruang makan mbak Dian dan papa sudah menunggu, “menu makan malam hari ini, nasi putih, cumi-cumi goreng dan sayur
bayam untuk minumnya air putih tapi khusus untuk anak anak minumnya susu milo,
selamat makan” mbak Dian tersenyum
lebar sambil mempersilahkan kami makan, Himi dan Desi makan dengan lahap, Desi menatap
mama dan papa Himi lalu tersenyum, mama dan papa Himi membalas senyum Desi,
Desi mempercepat makannya, Himi heran kenapa Desi makan cepat sekali, tidak
biasanya “kak Himi aku duluan ya“ Himi terkejut Desi begitu cepat menyelesaikan
makannya “cepat sekali, kamu mau kemana?“ Tanya Himi “ke kamar tamu, mau ngerjain PR yang belum selesai, besok sekolah“ jawab
Desi santai, seolah dia sudah tau Himi akan menanyakan itu “bener..” Tanya Himi menyelidik “bener“ jawab Desi sambil
keluar dari ruang makan, Himi mempercepat makannya dan bergegas menyusul Desi
sampai sampai lupa meminum susunya, “eh,
Himi susunya diminum dulu“ mama hampir berteriak karna Himi sudah menjauh,
Himi menepuk dahinya lalu kembali ke meja makan dan menyambar gelas berisi susu
coklat tersebut, setelah habis, Himi kembali berlari menuju kamar tamu lantas
saat sampai di sana Himi mengetuk pintu berwarna coklat tersebut, “Desi, Desi.. buka pintunya, aku juga mau
belajar di kamar sama kamu” Himi
setengah berteriak memanggil Desi, tak lama kemudian Desi membuka pintu kamar
dengan perlahan “iih… kakak bisa nggak
sih , bicara pelan pelan aja , aku masih bisa dengar“ Desi menunjukkan ekspresi yang kalau
dilihat, ih lebay deh “Desi aku belajar sama kamu ya, di kamar
tamu,” Himi berusaha menyelinap masuk ke kamar tamu, entah kenapa Desi
menghalanginya masuk ke kamar tamu, Desi merentangkan tangannya, melarang Himi
masuk “nggak boleh, kak Himi kan punya
kamar sendiri, lagian walaupun sekolah kita sama tapikan kelasnya beda, aku adik
kelas, kak Himi kakak kelas“ Desi
berusaha memberikan alasan agar Himi tidak masuk kamar tamu “Desi kenapa sih dari tadi kamu nggak bolehin
aku masuk, kamu harus jelasin sejelas jelasnya“ Himi mendelik, Desi hanya
nyengir melihat Himi mendelik “ih, lebay
deh“ Desi hanya acuh tak acuh terhadap pertanyaan Himi ”Desi …“ Himi tampaknya kesal dengan jawaban Desi “oke oke
aku jawab, aku hanya sedang tidak ingin diganggu dikarnakan aku harus belajar,
besok ulangan mata pelajaran yang paling tidak kusukai yaitu bahasa inggris,
apalagi ulangannya lisan, tau sendiri kan bahasa inggrisku amburadul, jadi
persiapannya harus benar benar lebih dari biasanya“ Desi menjelaskan panjang lebar “beneran ya, awas kalau bohong“ Himi beranjak menjauh dari pintu kamar dengan
perlahan lahan, Desi geleng geleng kepala melihat kakaknya yang sok penyelidik,
menurutnya itu emm… apa ya… mungkin terlalu lebay baginya, mama dan papa Himi
beranjak masuk ke dalam kamar tamu, entah mau ngapain mungkin membantu Desi belajar,
kali ya, tapi yang tahu lebih pasti itu adalah Desi, mama dan papa Himi.
Himi menghentak hentakkan kakinya ke lantai
kamarnya, lalu menjatuhkan diri di kamarnya, kayaknya Himi kesal banget ya,
sampai wajahnya merengut gitu, padahal dia dikenal sebagai anak yang periang,
Himi rasanya ingin menangis tapi tidak bisa karna rasanya kesal sekali, kenapa
ya ?, inikan hari ulang tahunnya, nggak dirayakan, nggak dikasih ucapan
selamat, yang dikasih cuman rasa kesal dan sebal, apa karna ia sudah besar jadi
harus mandiri, Himi menggigit bibir dan akhirnya menangis sejadi jadinya, Himi
mengambil tisu lalu membuka kacamatanya, gara gara menangis kacamatanya jadi
buram, Himi menyeka matanya yang basah lalu mengenakan kembali kacamatanya,
berjalan gontai menuju meja belajar miliknya, kamar bernuansa biru laut itu
sangat hening, tak ada suara, bagaikan sebatang lilin redup di ruangan yang
gelap, balik lagi ke Himi, apa yang akan dia lakukan, ooh... rupanya Himi
kembali lagi menulis di buku diary miliknya,
tapi sebuah masalah terjadi, kunci kotaknya hilang, Himi membolak balik buku
buku di dalam tasnya, kuncinya tidak ada juga,
Himi mengambil tas selempangnya, tidak ada juga “aduh, dimana kuncinya, kalau hilang aku tidak bisa buka buku diary “
Himi menggerutu karna tidak bisa menemukan kuncinya, Himi mencari cari di
seluruh kamar, ternyata oh ternyata kunci itu ada di bawah tempat tidurnya “lho, kok bisa ada di bawah tempat tidur,
bukannya tadi aku taruh di tas” Himi
kebingungan, lalu buru buru duduk lagi di tempat duduknya, setelah mengambil
nafas panjang, Himi membuka kotak diary-nya,
mengecek apakah tidak ada yang hilang atau tidak ada yang rusak, Himi lega
karna tidak ada yang hilang dan rusak, Himi jadi malas menulis karna kejadian
barusan, Himi melirik jam, pukul delapan, Himi memikirkan apa yang harus
dilakukan, Himi baru ingat apa yang harus dia lakukan, shalat isya adalh pilihan yang tepat, Himi berjalan menuju kamar
mandi dan segera berwudhu, setelah
berwudhu Himi mengambil mukenanya dan
mengerjakan shalat sendirian di kamar biru laut ini.
Kayaknya Himi terlampau bosan deh,
sampai sampai ia lupa kalau ada PR, setelah pukul setengah sembilan Himi baru
ingat sepertinya ada yang ia lupakan, setelah mengingat ingat Himi baru ingat
kalau dia ada PR Matematika dan juga besok
ada ulangan Bahasa Indonesia, wah padahal sudah pukul setengah sembilan, kalau
Himi belajar sama mengerjakan PR, bisa bisa Himi begadang, karna Himi pasti
belajar dengan tekun demi mendapat nilai sempurna, dan itu memakan waktu yang
begitu lama, untuk satu mata pelajaran saja belajarnya bisa sampai satu
setengah jam apalagi ditambah mengerjakan PR, daripada pusing memikirkan apa
yang harus dilakukan, Himi cepat cepat mengambil tas sekolah miliknya, dan
mengeluarkan buku PR dan buku Matematika, serta buku Bahasa Indonesia, TIME IS MONEY, itu yang ada di pikiran
Himi, dia harus benar benar menghargai waktu, daripada ngelamun, coba tadi Himi
belajar dan juga mengerjakan PR, Himi memang anak yang pandai namun ceroboh dan
kurang teliti, Himi menarik nafas berkali kali dan mencoba tenang, Himi membuka
buku PR dan juga buku Matematika, lalu dengan cepat tangannya meraih kotak
pensil dan mengeluarkan pena, dengan cepat tangannya menulis soal dan jawaban,
setelah selesai Himi melirik jam sekilas, pukul sepuluh malam, Himi membuka
buku Bahasa Indonesia, dan mencari bab 3, setelah menemukan bab 3, Himi
membacanya, Himi agak malas sebab ini adalah pelajaran yang paling tidak
disukai olehnya, yaitu paragraph dan kalimat utama/kalimat khusus, lagi serius
membaca, eh lampunya mati, Himi berdiri dari tempat duduknya, lalu meraba raba
mencari senter, Himi baru ingat senternya kan ada di kamar tamu yang ditempati
Desi, Himi berjalan pelan pelan menuju pintu dan menuruni tangga dengan hati
hati, saat sampai di depan kamar Desi, Himi ragu ragu untuk mengetuk pintunya,
karena takut Desi sudah tidur, tapi Desi pasti masih belajar, Himi mengetuk
pintu kamar itu “ Desi, Desi… “ Himi setengah berteriak karena takut Desi
tidak mendengarnya, tidak ada jawaban dan tidak ada yang membukakan pintu, Himi
masuk ke dalam kamar tamu itu “Desi…”
Himi memanggilnya pelan pelan, gelap
sekali, Himi merasa kamar ini lebih gelap dari kamarnya, Himi meraba raba
mencari senter, lalu Himi menendang sebuah benda yang ringan, Himi memegangnya,
bentuknya bulat, kalau ditekan dia kembali lagi ke bentuknya semula, benda
apakah itu ?, saat Himi sedan memikirkan benda apa itu, tiba tiba lampunya
hidup, karena silau, Himi menutup matanya mengunakan tangan, “ HAPPY BIRTHDAY HIMI “ sorakan Desi, mama
dan papa Himi juga mbak Dian terdengar bersamaan dengan turunnya balon warna
warni, mama dan papa Himi, Desi, dan juga mbak Dian bersama sama menyanyikan
lagu selamat ulang tahun, Himi benar benar tidak percaya dengan apa yang
dilihatnya, Himi tidak percaya, orang orang yang disangkanya melupakan hari ulang tahunnya ternyata memberikan
sebuah suprice untuknya, Himi memeluk semua orang yang ada di ruangan itu, orag
orang yang disayanginya, Desi merangkul Himi dan berkata “aku nggak akan pernah lupa momen ini, momen yang paling istimewa,
walaupun aku ini cuek, sebenarnya yang merencanakan ini adalah aku, seharusnya
kakak berterima kasih kepadaku, tapi nggak apa apa, yang penting aku punya satu
lagi tambahan koleksi album, ayo kita foto dulu, satu dua tiga cess…“ Desi membuat kenangan momem yang istimewa
ini, setelah beberapa jepretan kamera, Desi member kode pada mbak Dian agar
mengambil sesuatu, mbak Dian mengangguk, lalu keluar dari kamar tamu mengambil
sesuatu, setelah beberapa saat mbak Dian kembali membawa kue ulang tahun
bertuliskan HBD HIMI kue coklat itu
diletakkan di atas meja, papa Himi menghidupkan lilin lalu menyanyikan lagu
selamat ulang tahun, Himi meniup lilinnya, lalu mengambil pisau disebelah kue
dan memotong kuenya, suapan pertama untuk mamanya, suapan kedua untuk papanya,
suapan ketiga untuk mbak Dian, lalu Himi menaruh piringnya kembali di atas
meja, Desi merengut, ”oh iya lupa” Himi menepuk dahinya, lalu mengambil lagi
piringnya dan menyuapi Desi, setelah itu Desi pergi mengambil sesuatu dibalik
meja, Himi memperhatikannya, lalu terkagum kagum melihat sesuatu yang dibawa
Desi, boneka teddy bear “wah! Terima kasih Desi” Himi menjulurkan
tangan untuk mengambil boneka yang lumayan besar itu, sekarang giliran mama
Himi, ternyata mama Himi memberikan sebuah tas selempang berwarna biru tua yang
bergambar seorang anak perempuan, Himi menaruh boneka teddy bearnya, lalu mengambil hadiah dari mama, Himi melihat isi
tasnya, isinya adalah… sebuah buku DIARY,
wah, kayaknya koleksi buku diary
punya Himi nambah satu lagi, “wah wah
wah, kayaknya kak Himi punya banyak koleksi buku diary, bagi satu dong” Desi cengar cengir melihat Himi dapat buku diary lagi, Himi hanya menjulurkan
lidahnya melihat Desi menggodanya, sekarang Himi menatap papa, papa tersenyum
dan memberikan sebuah tas gendong bermerek palo
alto, merek kesukaannya, tas itu Himi terima dengan sukacita, lalu Himi
menatap mbak Dian, Himi tidak berharap kado dari mbak Dian tapi hanya ucapan
selamat, mbak Dian tersenyum lalu memberikan sebuah album yang berjudul Momen Terindah, Himi mengambilnya lalu mengucapkan
terima kasih, Himi membuka album itu, dan mendapati foto foto kenangan saat ia
berulang tahun, foto paling lucu ada di foto kelompok 6 tahun, saat difoto
kelinci Himi lompat dari pelukannya, jadi foto itu kelihatan lucu, “wah kurang tuh nggak ada kelompok 9 tahun”
Desi berkata sambil menyiapkan kamera, Himi bersiap siap untuk berfoto bersama,
saat akan difoto Himi berkata “MALAM
TERINDAH”.
Download CERPEN